Wednesday, November 18, 2015

Pendalaman Film Ayat-ayat Cinta





Judul Film        :  Ayat-ayat Cinta
Sutrada            :  Hanung Bramantyo
Produser          :  Dhamoo Punjabi & Manoj Punjabi
Skenario          :  Retna Ginatri S. Noor & Salman Aristo
Pemeran           :  Fedi Nuril
                           Rianti Cartwright
                           Carissa Putri
                           Zaskia Adya Mecca
                           Melanie Putri
Music               :  Melly Goeslow
                           Anto Hoed
                           Rossa
Distributor       :  MD Pictures
Tanggal rilis     :  28 Febuari 2008
Durasi              :  120 menit
Lokasi syuting :  Kairo Mesir


Sinopsis
Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Berjibaku dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu: menikah.
Fahri adalah laki-laki taat yang begitu lurus. Dia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan dengan makhluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.
Pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Qur’an, dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang, cinta Maria hanya tercurah dalam diari saja.
Lalu ada Nurul. Anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Setelah itu ada Noura, juga tetangga yang selalu disiksa Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja. Tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.
Terakhir muncullah Aisha. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.

Karakter
a.               a.   Fahri bin Abdullah Shiddiq

Mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi S2-nya di Universitas tertua di dunia, Al-Azhar. Seorang pemuda bersahaja yang memegang teguh prinsip hidup dan kehormatannya. Cerdas dan simpatik hingga membuat beberapa gadis jatuh hati. Dihadapkan pada kejutan-kejutan menarik atas pilihan hatinya. Peran Fahri dalam film ini dimainkan oleh Fedi Nuril.

b.      Aisha Greimas

Mahasiswi asing bercadar keturunan Jerman dan Turki, cerdas, cantik dan kaya raya. Latar belakang keluarganya yang berliku mempertemukan dirinya dengan Fahri. Dalam film ini, Aisha diperankan oleh Rianti Cartwright.

c.       Maria Girgis

Gadis Kristen Koptik yang jatuh cinta pada Islam. Ia sangat mencintai Fahri, namun cintanya hanya diungkapkannya lewat diarinya yang selanjutnya membuat dia menderita karena cinta itu. Tokoh Maria diperan kan oleh Carissa Puteri.

d.      Noura Bahadur

Siksa telah menjadi bagian dalam hidupnya. Janin yang dikandungnya menjadikannya terobsesi pada Fahri untuk menjadi ayah dari calon bayinya. Zaskia Adya Mecca memerankan tokoh Noura dalam film ini.

e.       Nurul Azkiya binti Ja'far Abdur Razaq

Anak kyai besar di Jawa Timur. Dengan aura yang menenangkan, kecerdasan dan kualitasnya menyatukan segala kelebihannya, dia sangat percaya diri untuk meminang Fahri sebagai suaminya. Peran ini dimainkan oleh Melanie Putria.


Kelebihan dan kekurangan dari film Ayat-ayat Cinta

Film ini diangkat dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy atau biasa disapa Kang Abik, novelis lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Novel tersebut berkisah tentang cinta dan telah banyak menginspirasi banyak remaja muslim. Bukan sekedar kisah cinta biasa tapi mengenai upaya menghadapi berbagai problema cinta secara Islami. Dan kita juga dapat mengambil pelajaran tentang kisah percintaan yang sesuai dengan ketentuan islam yang baik dan benar. Sebuah karya memang tidak dipungkiri selalu ada kekurangan dan kelebihan.
Kekurangannya dalam film ini, cerita yang diangkat awalnya membingungkan karena konflik ringan terjadi begitu cepat di awal masa perkuliahan Fachri di Kairo Mesir,  sedangkan sosok seorang Fahri adalah pemuda sholeh yang pintar, cerdas dan agamanya kuat. Sedangkan kelebihannya yaitu pedoman dalam ajaran Islam dalam film Ayat-ayat Cinta ini dikedepankan dengan tidak boleh berpacaran dalam Islam, yang ada hanya ta’aruf dan juga mencontohkan bagaimana seorang laki-laki membolehkan mempunyai istri lebih dari satu atau berpoligami dengan syarat harus adil terhadap istri-istrinya
Menurut pendapat saya film ayat-ayat cinta adalah film yang bagus dan menarik dimana kehidupan seorang mahasiswa yang kuliah di Universitas  Al-Azhar Kairo, Mesir, sebut saja Fahri. Selain menempuh pendidikan disana banyak kisah dan tantangan yang dihadapinya. Yang paling menarik menurut saya, klimaks di akhir film menceritakan bagaimana sebuah kisah cinta segitiga antara Fachri, Maria, dan Aisha yang dipadukan dengan kehidupan religiusme islam yang menitik beratkan kepada keindahan harmonisasi kehidupan beragama, sehingga ikatan cinta Fahri terbagi dalam hangatnya kasih sayang yang adil dalam berpoligami menikahi Maria setelah menikahi Aisha sebelumnya. Pernikahannya dengan Maria pun atas desakan Aisyah yang merelakan Fachri berpoligami karena Aisha mengetahui cintanya Maria kepada Fahri yang sangat mendalam, sehingga membuat Maria depresi dan sakit setelah mengetahui Fahri menikah dengan Aisha. Maka, Maria masuk Islam dan menikah dengan Fahri di masa penyembuhan Maria di pembaringan rumah sakit. Namun, hidup Maria ternyata tidak lama setelah ia menikah, dalam masa penyembuhannya, Maria menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan sang suami, Fachri dan Aisha. Kesedihan pun tak bisa dibendung dari mata mereka. Sebuah kisah cinta yang cukup menginspirasi bagi saya dan remaja lainnya dan semoga dapat mengambil hikmah dari film ini.