BAB III
UCAPAN DAN EJAAN
A. Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa
kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka
terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh
itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat
jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan
dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah
satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah
asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.
B.
Ejaan
1. Pengantar
Ejaan penting sekali artinya
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam
tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan
baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat
tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku
Sebelum,
EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan
Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947.
sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat
dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai
berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis
menulis dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan
ejaan yang tidak teratur.
2. Penulisan
Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
Sudah kita
ketahui bahwa huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru. Di
samping itu huruf kapital juga digunakan sebagai huruf awal pada nama diri.
Ucapan langsung juga diawali dengan huruf kapital.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Untuk Tuhan kata gantinya pun ditulis dengan
huruf kapital.
Contoh : Semoga Engkau
Mengampuni segala kesalahan hamba Mu
Adhi suka bermain bola.
Dalam kaitanya dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau
kagamaan, juga ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Nabi
Muhammad
Tentu saja terpisah dari nama diri, dalam
pengertian umum, huruf-huruf tersebut ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : Dia baru saja diangkat menjadi sultan
Tahun ini dia pergi naik haji.
Nama jabatan juga
ditulis diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau
nama daerah sebagai pengganti nama diri.
Contoh : Gubernur DKI Jakarta
Rektor Universitas Gunadarma
Nama diri atau nama
lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut diawali dengan
huruf kapital kecuali apabila kata tersebut berupa kata tegas.
Contoh : Amir Hamzah,
Halim Perdana Kusuma, Sapardi Djoko Damono
Nama lembaga contohnya : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Kata-kata yang menunjukkan hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, saudara, paman, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, apabila
digunakan sebagai kata sapaan atau kata yang digunakan untuk menyebut lawan
bicara
Kemudian kata-kata
yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital,
sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Kata
presiden, gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum
ditulis dengan huruf kecil.
Contoh : Suatu negara yang
berbentuk republik itu dikepalai oleh seorang presiden.
Suatu provinsi dikepalai
oleh seorang gubernur
Dalam pengertian khusus kata-kata tersebut diawali dengan huruf
kapital.
Misalnya : Presiden Republik Indonesia akan
memberikan bantuan kepada Negara Cina.
Ia diterima menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma tahun kuliah
2003/2004.
Nama diri yang
kemudian menjadi nama jenis, tidak perlu ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Adik
gemar sekali makanan padang
Berapa
harga seikat rambutan aceh?
Nama diri yang
biasanya diawali huruf kapital itu juga ditulis dengan huruf kecil apabila
diapit dengan awalan atau akhiran.
Contoh:
Tingkah lakumu kearab-araban
b. Huruf Tebal dan huruf Miring
Seperti halnya nama
lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf
kapital. Kecuali yang berupa kata tugas. Berbeda dengan nama lembaga, judul
buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Apabila ditulis
dengan tangan kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh : Tata Bahasa Baku Indonesia
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
Contoh penulisan nama
majalah:
Pengajaran Bahasa dan Sastra
Pembinaan Bahasa Indonesia.
Judul naskah yang
belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi, tesis, atau disertai
cukup ditulis dalam tanda petik (“___”)
Contoh : “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia “.
“Frase Nomina dalam bahasa
Indonesia”.
Judul-judul tersebut kalau dicetak ditulis dengan huruf miring.
Contoh : “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia
“.
“Frase Bilangan dalam
bahasa Indonesia”.
Judul karangan yang
dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab
dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau
ditulis tangan di antara tanda petik.
Contoh: Karangan Djoko
Kencono yang berjudul “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia” dimuat dalam buku Bahasa
dan Kesustraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.
4. Penulisan Partikel dan Awalan
Dalam menulis
kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu
diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak
dirangkaikan.
Ada kata atau
awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya,
adikuasa, adimarga, adibusana. Juga awalan awa- pada awabau,
awaair, awawarna, awasuara. Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar-
ditulis serangkai. Contoh: antarkota, antarpulau, antarnegara,
antarbangsa.
Kata maha apabila
dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh: mahasiswa, mahaguru,
Mahakuasa, Mahaadil. Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak
dirangkaikan. Contoh: Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun.
5.
Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang
harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf. Bilangan yang
menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka. Bilangan yang menunjukkan jumlah dari
satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah”
dapat juga ditulis dengan huruf, kecuali di dalam tabel atau grafik.
6.
Tanda Baca
Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.),
koma (,), titik koma (;), titik dua (: ), dan petik (“..”)
a) TANDA TITIK (.)
Sudah kita ketahui tanda titik dipakai untuk menandai
berakhirnya kalimat. Di samping itu tanda titik juga digunakan sesudah nomor
bab atau subbab atau bagian dari subbab. Singkatan dengan huruf kapital yang
merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama tetap menggunakan titik di
belakang tanda koma tersebut
Contoh : kami sudah selesai mengerjakan tugas.
Dr.Sevi
Wudyah Krisnaningrum SE.
b). TANDA KOMA (,)
Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan
antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan,
seperti: ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya
Contoh : Meskipun sakit, ia tetap pergi juga ke
sekolah,
Karena lapar, ia jadi sakit
c). TITIK KOMA (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh : Semua murid diperlakukan sama;
tidak ada murid yang dianakemaskan.
Semua orang membenci dia ; kecuali kamu
d). TITIK DUA (:)
Tanda titik dua
dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau
perincian.
Contoh : Pamanku memiliki dua mobil mewah
: alphard dan lamborgini
e)
TANDA PETIK (“- “ )
Di atas disebutkan
bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya
dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung
tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah
pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga
digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang
sebenarnya.
Misalnya : itu dia
“pengacau” kita datang
f) TANDA HUBUNG (-)
Tanda hubung
digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja ,
berjalan-jalan, buah-buahan.
7. TANDA-TANDA BACA YANG LAIN
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis
(…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([
]), tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘)
Contoh: Kemerdekaan
bangsa itu- saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Rangkaian temuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
No comments:
Post a Comment